Senin, 24 Desember 2012

Terapi Hormon dan Macam-macamnya


Terapi hormon pada pasangan suami istri yang sulit memiliki anak

BAB I 
PENDAHULUAN 
 1.1 Latar Belakang Memiliki anak adalah impian setiap pasangan yang sudah menikah. Jika suatu pasangan merencanakan untuk mempunyai anak, maka penting bagi kedua belah pihak, suami maupun istri, untuk menjaga berat badan. Beberapa riset menyimpulkan pada wanita yang terlalu gemuk atau terlalu kurus lebih sering terjadi kegagalan pembuahan dibandingkan dengan wanita dengan tubuh seimbang. Selain faktor berat badan, keseimbangan hormonal dan makanan juga sangat menentukan tingkat kesuburan sistem reproduksi. Pada wanita, gejala gangguan sistem hormonal umumnya ditandai dengan nyeri haid dan haid tidak teratur. Membatasi asupan makanan padat kalori terutama karbohidrat dan lemak merupakan langkah awal usaha untuk mendapatkan anak. Sebaliknya, penting untuk memperkaya keragaman bahan makanan, terutama yang kaya gizi penyubur sistem reproduksi, seperti vitamin E, vitamin C, vitamin B12, asam folat, betakaroten, zat besi, seng, dan selenium. Sebagaimana wanita, yang membutuhkan cukup asupan asam folat dan gizi penyubur lain, pria pun demikian untuk menunjang sistem reproduksinya. Untuk mengatasi masalah pasangan suami istri yang tidak subur maka perlu terapi hormon pregesteron dan estrogen pada wanita dan juga testosteron pada pria. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dikembangkan diatas, maka rumusan masalah yang ditimbulkan adalah : 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Hormon? 1.2.2 Apa yang dimaksud dengan kesuburan atau fertilitas? 1.2.3 Apa saja jenis hormon kesuburan? 1.2.4 Bagaimana terapi hormon kesuburan pada pasangan suami istri? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk membantu orang lain mengetahui apa yang dimaksud dengan Hormon, hormon estrogen dan progesteron pada wanita dan hormon testosteron pada pria. Serta bagaimana terapi hormon estrogen, progestron, dan testosteron di berikan. 
BAB II 
PEMBAHASAN
 2.1 Hormon Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Hormon bisa diartikan sebagai zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya, pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang memerlukan waktu panjang, misalnya pertumbuhan dan pemasakan seksual. Pada prinsipnya pengaturan hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar lain, terutama melalui kelenjar pituitary, yang juga mengontrol kelnjar-kelenjar lain. 2.2 Kesuburan atau Infertilitas Kesuburan atau fertilitas adalah kemampuan seotang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Jadi fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi. Walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Penyelidikan lamanya yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam tiga bulan dan 72,1% dalam 6 bulan. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah infertilitas kalau pasangan yang ingin punya anak itu telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan. 2.3 Macam-macam hormon kesuburan Salah satu hormon yang berhubungan dengan kesuburan pada pasangan suami istri adalah hormon estrogen dan progesteron pada wanita dan testosteron pada pria. Hormon estrogen adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar ovarium yang berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Misalnya, perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus dan juga berfungsi meningkatkan pertumbuhan organ kelamin ibu dan jaringan janin. Hormon progesteron adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar ovarium yang berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima ovum yang sudah dibuahi juga berfungsi meningkatkan perkembangan jaringan dan organ janin. Jadi fungsi utama dari hormon estrogen dan progesteron adalah berhubungan erat dengan fungsi alat kelamin primer dan sekunder pada wanita. Dan hal yang sangat spesifik bagi kedua hormon tersebut pada wanita usia subur ialah sekresinya dari ovarium yang berlangsung secara siklik dan peranannya yang sangat penting dalam mempersiapkan kehamilan. Khasiat hormon estrogen dan progesteron adalah : A. Pematangan alat genital wanita B. Pengatur pembagian lemak C. Pigmentasi kulit D. Pertumbuhan rahim dan lapisan E. Proses metabolik tubuh F. Proses pembekuan darah G. Peningkatan faktor protein H. Pengaturan kadar kolestrol darah I. Faktor-faktor libido, cairan tubuh, otot polos Indikasinya yaitu berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American Menopause Society (NAMS), indikasi primer pemberian terapi sulih hormon adalah adanya keluhan menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan gejala urogenital. Di Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien menopause dengan keluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun. Hormon testosteron adalah hormon yang dihasilkan oleh testis yang berfungsi merangsang pematangan sperma(spermatogenesis) dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, misalnya pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun dan membesarnya suara. Jadi pada pria dewasa, androgen diperlukan untuk mempertahankan fungsi testis, vesikula seminalis, prostat, epidermis dan mempertahankan ciri kelamin sekunder serta kemampuan seksual. Testosteron juga dibutuhkan untuk spermatogenesis serta pematangan sperma dalam epidermis. 2.4 Terapi hormon pada pasangan suami istri yang sulit memiliki anak Karena adanya kekurangan dalam sifat hormon kelamin seperti progesteron dan estrogen pada wanita dan hormon testosteron pada pria, menyebabkan pasangan suami istri menjadi pasangan yang tidak subur. Ketidak suburan tersebut bisa disebabkan oleh kekurangan hormon kelamin pada suami atau istri atau kedua-duanya. Terapi dari ketidak suburan tersebut tergantung dari kekurangan hormon pada suami , istri, ataupun keduanya. Cara pemberian terapi hormon estrogen dan progestron adalah sebagai berikut : Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron. Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus. a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi. Estrogen diberikan setiap hari tanpa terputus. b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron. • Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap siklus dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia endometrium. Lebih sesuai diberikan pada perempuan pada usia pra atau perimenopause yang masih menginginkan siklus haid. • Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa terputus. Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama dapat saja terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat diberikan pada perempuan pascamenopause. Jenis dan dosis yang dianjurkan pada hormone estrogen dan progesteron : • Tabel 1. Dosis Anjuran Sulih Estrogen Jenis Kontinyu Dosis Estrogen konjugasi Oral 0.3-0.4 mg 17β estradiol Oral 1-2 mg Transdermal 50-100 mg Subkutan 25 mg Estradiol valerate Oral 1-2 mg Estradiol Oral 0,625-1,25 mg • Tabel 2. Dosis Anjuran Sulih Progesteron Jenis Sekuensial Kontinyu Progesteron 300 mg 100 mg Medroksiprogesteron asetat (MPA) 10 mg 2,5-5 mg Siproteon asetat 1 mg 1 mg Didrogesteron 10-20 mg 10 mg Normogestrol asetat 5-10 mg 2,5-5 mg Lama pemberian terapi hormon estrogen dan progesteron menurut NHMRC adalah sebagai berikut: a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif. b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital, pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal tidak diterangkan dengan jelas. c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa tahun. Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang. Efek Samping Terapi Sulih Hormon estrogen dan progesteron adalah Seperti semua obat lainnya, sulih hormon dapat menimbulkan efek samping. Efek samping terkait estrogen berupa mastalgia (nyeri pada payudara), retensi cairan, mual, kram pada tungkai dan sakit kepala. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi, namun sangat jarang. Perlu untuk menginformasikan kepada pasien bahwa mastalgia tidak berkaitan dengan kanker payudara. Sedangkan efek samping terkait progestin antara lain retensi cairan, kembung, sakit kepala dan mastalgia, kulit berminyak dan jerawat, gangguan mood dan gejala seperti gejala pramenstrual. Perdarahan vagina merupakan keluhan yang sering ditemui dan meresahkan pasien. Penggunaan progestin kontinyu dapat menyebabkan perdarahan vagina yang tidak dapat diprediksi polanya, dengan atau tanpa spotting selama beberapa bulan. Sebanyak 5-20% dari wanita ini bisa pernah mengalami amenorea dan mungkin beralih ke terapi hormon siklik yang memberikan pola perdarahan yang lebih dapat diprediksi. Keluhan-keluhan ini menghilang sendiri dalam beberapa bulan atau dengan mengganti jenis dan dosis sulih hormon. Pada pemakaian plester dapat terjadi iritasi kulit. Banyak orang berpendapat bahwa pemakaian terapi sulih hormon dapat menyebabkan penambahan berat badan namun berbagai penelitian tidak membuktikan adanya hubungan antara sulih hormon dengan kenaikan berat badan permanen. Nafsu makan memang meningkat, namun diperkirakan akibat wanita tersebut merasa sehat dan nyaman. Pemberian terapi sulih hormon mempengaruhi distribusi lemak, terutama pada panggul dan paha, namun tidak pada perut. Perlu diingat bahwa 45% wanita mengalami kenaikan berat badan pada usia 50-60 tahun meskipun mereka tidak mendapatkan terapi sulih hormon. Dengan bertambah majunya tekhnologi di bidang farmasi, sekarang telah tersedia berbagai sediaan hormon kelamin semi sintetik dan sintetik. Jika terjadi kekurangan hormon kelamin pada istri maka di berikan terapi hormon estrogen dan progesteron. Jika terjadi kekurangan hormon kelamin pada suami maka di berikan hormon testosteron. Untuk mengetahui dimana letak kekurangan hormon kelamin dari pasangan tersebut maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yang lengkap. 

 BAB III
 SIMPULAN DAN SARAN 
 3.1 Simpulan 1. Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel yang dihasilkan oleh tubuh manusia yang sangat penting fungsinya bagi manusia. 2. Beberapa hormon kelamin dihasilkan oleh manusia antara lain : hormon estrogen dan progesteron oleh wanita dan hormon testosteron dihasilkan pria. 3. Hormon kelamin sangat penting fungsinya dalam mempengaruhi kesuburan bagi hubungan suami istri. Ketidak seimbangan hormon kelamin ini menyebabkan ketidak suburan pasangan suami istri. 4. Dengan kemajuan ilmu farmasi ketidak suburan pasangan suami istri dapat di terapi dengan terapi hormon baik sintetik maupun semi sintetik. 3.2 Saran Perlunya pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan hormon atau kekurangan hormon pada manusia. Sehingga didapatkan terapi hormon yang tepat. 


 sumber : http://kaskusan.blogspot.com/2011/07/terapi-hormon-pada-pasangan-suami-istri.html