BAB I
PENDAHULUAN
Erosi merupakan
terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres yang ditimbulkan
oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah atau dasar perairan.
Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam secara alami maupun oleh
adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah tanah dan
lingkungan demi kepentingannya.
Adapun dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah
bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan
(degradasi lahan).Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang
tidak pernah tergenang dengan airpada sebagai waktu dalam setahun atau
sepanjang tahun. Menurut PBS lahan kering diinonesia sudah banyak
digunakan untuk pertanian.
Berdasarkan
luasan lahan, lahan kering merupakan sumber daya lahan yang mempunyai
sumber daya lahan yang mempunyai potensi besar untuk menunjang
pembangunan pertanian di Indonesia. Namun demikian, optimalisasi lahan
di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan, diantaranya dalam
penggulangan degradasi lahan.
Degradasi
lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia terjadi akibat akibat
pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memerhatikan keseimbangan
lingkungan. Barrow (1991) mendefinisikan degradasi lahan sebagai
hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau potensi kegunaan lahan untuk
mendukung kehidupan. kehilangan atau perubahan kenampakkan tersebut
menyebabkan fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain.
Hutan
mangrove telah mengalami kerusakan berat akibat konversi menjadi area
pertambakan, permukiman, pertanian, industri dan pariwisata. Kondisi ini
diikuti dengan bertambahnya luas lahan kritis. Dampak lanjutan dari
kerusakan ini adalah terjadinya degradasi lahan yang disebabkan oleh
erosi.
Degradasi
lahan akan berdampak baik bagi manusia dan mahluk hidup lainnya.
Degradasi lahan akan mengakibatkan penurunan produktivitas, migrasi,
ketidakamanan pangan, bahaya bagi sumberdaya dan ekosistem dasar, serta
kehilangan biodiversitas melalui perubahan habitat baik pada tingkat
spesies maupun genetika. Selain itu degradasi lahan akan berdampak pada
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang bergantung pada lahan sebagai
sumber penghidupannya berupa meningkatnya angka kemiskinan.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang lupa akan kelestarian
lingkungannya, namun seiring dengan itu usaha-usaha perbaikan
lingkungan pun juga gencar dilaksanakan.
Degredasi
lahan adalah proses penurunan aktivitas lahan, baik yang sifatnya
sementara maupun tetap. Akibat lanjut dari degradasi lahan adalah
timbulnya areal-areal yang tidak produktif atau bisa disebut juga
sebagai lahan kritis.
BAB II
STUDI PUSTAKA
Degradasi
lahan meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara yang memiliki
iklim tropis. Kesalahan urus atas lahan yang dapat ditanami oleh petani
dan lahan penggembalan oleh peternak adalah salah satu penyebab utama
dari degradasi lahan. Lebih banyak lahan yang berkelanjutan akan
mengurangi tekanan lingkungan. Konservasi, i.e. dikurangi maupun tidak
dijaga, adalah kunci pada lahan yang dapat ditanami yang berkelanjutan
sebgai pelindung sumber daya alam, meningkatkan efisiensi penggunaan
air, dari khususnya pentingnya daerah semi-arid, mengurangi efek
kekeringan (FAO, 1999).
Menurut
Firmansyah (2003) bentuk degradasi tanah yang terpenting di kawasan
Asia antara lain adalah erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa
penurunan kadar bahan organik tanah dan pencucian unsur hara. Perubahan
penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah menyebabkan perubahan
kandungan bahan organik tanah. Makin intensif penggunaan suatu lahan,
makin rendah kandungan bahan organik tanah. Oleh karena itu tanah yang
terdegradasi perlu dilakukan upaya rehabilitasi.
Degradasi
lahan dapat diibaratkan sebagai hasil dari resiko alam ataupun merujuk
kepada penggunaan lahan yang tak cocok dan praktek managemen lahan yang
tidak tepat. Bahaya alam termasuk topografi lahan dan faktor iklim
seperti lereng yang curam, frekuensi banjir dan tornado, bertiupnya
angin berkecepatan tinggi, hujan berintensitas tinggi, proses leaching
yang kuat di daerah rawa dan kondisi kekeringan di daerah kering.
Penebangan hutan pada lahan yang kritis, penebangan secara berlebihan
dari vegetasi, penanaman yang selalu berganti, penggembalaan yang
berlebih, ketidakseimbangan penggunaan pupuk dan praktek managemen
konservasi lahan yang salah, pemompaan air tanah yang berlebih adalah
beberapa faktor yang mana disebabkan oleh campur tangan manusia yang
mengakibatkan erosi tanah (Ballayan, 2000).
Menurut
Firmansyah (2003) faktor alami penyebab degradasi tanah antara lain:
areal berlereng curam, tanah yang muda rusak, curah hujan intensif, dan
lain-lain. Faktor degradasi tanah akibat campur tangan manusia baik
langsung maupun tidak langsung lebih mendominasi dibandingkan faktor
alami, antar lain: perubahan populasi, marjinalisasi penduduk,
kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan, ketidakstabilan politik
dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan ekonomi, masalah
kesehatan, dan pengembangan pertanian yang tidak tepat.
Lima
faktor penyebab degradasi tanah akibat campur tangan manusia secara
langsung, yaitu : deforestasi, overgrazing, aktivitas pertanian,
ekploitasi berlebihan, serta aktivitas industri dan bioindustri.
Sedangkan faktor penyebab tanah terdegradasi dan rendahnya
produktivitas, antara lain : deforestasi, mekanisme dalam usaha tani,
kebakaran, penggunaan bahan kimia pertanian, dan penanaman secara
monokultur (Lal, 2000). Faktor-faktor tersebut di Indonesia pada umumnya
terjadi secara simultan, sebab deforestasi umumnya adalah langkah
permulaan degradasi lahan, dan umumnya tergantung dari aktivitas
berikutnya apakah ditolerenkan, digunakan ladang atau perkebunan maka
akan terjadi pembakaran akibat campur tangan manusia yang tidak
terkendali (Firmansyah, 2003).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Proses terjadinya degradasi lahan
Degradasi
Lahan adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya penurunan
kemampuan tanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang
dan jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi Degradasi Tanah adalah antara
lain, faktor alami dan faktor manusia. Faktor alami mencakup areal
berlereng curam, tanah mudah rusak, erosi, kebakaran hutan, curah hujan
yang intensif. Sedangkan faktor manusia yaitu perubahan populasi,
marjinalisasi penduduk, kemiskinan penduduk, masalah kepemilikan lahan,
ketidakstabilan politik dan kesalahan pengelolaan, kondisi sosial dan
ekonomi, deforestrasi dan pengembangan pertanian yang tidak tepat.
Ancaman
Degradasi lahan yang lain adalah Erosi. Erosi tanah merupakan penyebab
kemerosotan tingkat produktivitas lahan DAS bagian hulu dan kualitas
lahan kritis semakin meluas. Penggunaan lahan diatas daya dukungnya
tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan
sering menyebabkan degradasi lahan. Misalnya lahan didaerah hulu dengan
lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih
fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap
bencana erosi dan atau tanah longsor. Erosi tanah oleh air di indonesia (
daerah tropis), merupakan bentuk degradasi lahan yang sangat dominan.
Problem
degradasi tanah dan lingkungan umumnya lebih parah di daerah-daerah
tropis daripada daerah temperate, di daerah kering daripada daerah
basah, di daerah iklim panas daripada daerah dingin. Diperkirakan
diseluruh dunia tanah terdegradasi sekitar 2 milyar hektar dan 75%
berada di daerah tropis. Degradasi tanah dapat disebabkan oleh banyak
proses, termasuk erosi tanah yang dipercepat, salinasi, kerusakan karena
pertambangan dan aktivitas perkotan, serta pengembalaan berlebih dan
komtaminasi dari polutn industri.
Degdarasi
lahan berkaitan dengan degradasi tanah untuk memproduksi biomassa yang
disebabkan oleh tindakan pengelolaan tanah yang semena-mena, penggunaan
pupuk kima yang berlebihan, dan penggunaan pestisida dan herbisida yang
terus-menerus dengan dosis yang melebihi takaran.
Lima
proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang terdegradasi,
yaitu: menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah, perpindahan liat,
memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah, deplesi dan
pencucian unsur hara. Khusus untuk tanah-tanah tropika basa terdapat
tiga proses penting yang menyebabkan terjadinya degradasi tanah, yaitu:
1) degradasi fisik yang berhubungan dengan memburuknya struktur tanah
sehingga memicu pergerakan, pemadatan, aliran banjir berlebihan, dan
erosi dipercepat, 2) degradasi kimia yang berhubungan dengan
terganggunya siklus C, N, P, S dan unsur-unsur lainnya, dan 3) degradasi
biologi yang berhubungan dengan menurunya kualitas dan kuantitas bahan
organik tanah, aktivitas biotik dan keragaman spesies fauna tanah yang
juga menurun ikut menurun.
B. Klasifikasi degradasi lahan
Diantara
penggunaan untuk pertanian dan kehutanan, tanah merupakan komponen
paling penting. Intensitas dan meningkatnya tekanan pada lahan
menyebabkan efek degradasi dan polusi, yang mana akan mengakibatkan
hilang secar keseluruhan maupun sebagian kapasitas produksi. Degradasi
Lahan/Tanah dapat didefinisikan sebagai proses yang mana satu atau lebih
dari fungsi potensial ekologi dari tanah rusak.
Terdapat 3 bentuk dari sifat-sifat erosi menurut FAO
- Sheet erosion (Erosi permukaan)
Merupakan
bentuk umum erosi. Partikel tanah yang tak terlindung dihilangkan oleh
erosi angin dan akibat dari air hujan. Partikel tanah kemudian
dipindahkan oleh arus permukaan air hujan pada sungai dan sistem arus.
- Wind erosion (erosi angin)
Jarang
terjadi, tetapi ambil bagian dalam hilangnya vegetasi dan partikel
tanah. Tanda dari erosi angin termasuk deposisi dari pertikel pasir
sekeliling tanaman dan permukaan area yang terkena.
- Gully Erosion
Erosi selokan sebenarnya jarang terjadi tanpa sheet erosion.
Tipe degradasi tanah dibagi 2 macam, yaitu :
1) berhubungan dengan displasemen bahan tanah yang terdiri dari erosi air dan erosi angin.
2)
berdasarkan deterosiasi in situ terdiri dari degradasi kimia (hilangnya
unsur hara/bahan organik, salinasi dan polusi), dan degradasi fisik.
Derajat tipe degradasi terbagi menjadi rendah sedang, kuat dan ektrim,
dengan faktor penyebab adalah deforestasi, overgrazing, kesalahan
pengelolan pertanian, ekspoitasi berlebihan, dan aktivitas industri .
C. Faktor terjadinya degradasi lahan
Faktor
terjadinya erosi menurut Prof.Dr.Ir.H. Suntoro Wongso Atmojo. MS. Dalam
tulisannya “degradasi lahan dan ancaman bagi pertanian”, antara lain :
1. Erosi. Erosi
tanah merupakan penyebab kemerosotan tingkat produktivitas lahan DAS
bagian hulu, yang akan berakibat terhadap luas dan kualitas lahan kritis
semakin meluas. Penggunaan lahan diatas daya dukungnya tanpa diimbangi
dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan sering akan
menyebabkan degradasi lahan Misalnya lahan didaerah hulu dengan lereng
curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi
menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan terhadap bencana
erosi dan atau tanah longsor.
2. Pencemaran Agrokimia.
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian
dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang
tidak proporsional. Pada tahun enampuluhan terjadilah biorevolusi
dibidang pertanian, yang dikenal dengan revolusi hijau dan telah
berhasil merubah pola pertanian dunia secara spektakuler, yaitu dengan
dikenalkannya penggunaan agrokimia, baik berupa pupuk kimia maupun
obat-obatan (insektisida). Namun, dampak penggunaan agrokimia mulai
dirasakan antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian,
gangguan kesehatan petani, menurunya keanekaragaman hayati, ketidak
berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan
komoditas yang akan ditanam.
3. Pencemaran Industri. Pencemaran
dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan
karena kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi
menimbulkan dampak negatip terhadap lingkungan pertanian kita,
dikarenakan adanya limbah cair, gas dan padatan yang asing bagi
lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas buang
seperti belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam
dan akan merusak lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair
dengan kandungan logam berat beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan
degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran dakhil. Limbah cair
ini apa bila masuk ke badan air pengairan
4. Pertambangan dan galian C. Dampak
negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas penambangan
yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa
ekstraksi (tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan
komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa bereaksi sangat asam atau sangat
basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi kesuburan tanah.
5. Alih fungsi lahan. Konversi
lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah
satu ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih
fungsi lahan pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi
petani dalam berusaha tani dan tingkat keuntungan berusahatani relatif
rendah. Selain itu, usaha pertanian dihadapkan pada berbagai masalah
yang sulit diprediksi dan mahalnya biaya pengendalian seperti cuaca,
hama dan penyakit, tidak tersedianya sarana produksi dan pemasaran. Alih
fungsi lahan banyak terjadi justru pada lahan pertanian yang mempunyai
produktivitas tinggi menjadi lahan non-pertanian.
Dengan
demikian masalah lahan kritis masyarakat terjadi karena pola
pemanfaatan yang tidak tepat yakni kurang memperhatikan daya dukung dan
kesesuaian lahan, yang disebabkan karena aspek ekonomi yakni kemiskinan
dan kekurangpahaman terhadap teknik konservasi.
D. Rehabilitasi pada lahan terdegradasi
Perbaikan
terhadap lahan yang terdegradasi meliputi penanaman dengan vegetasi
asal, penanaman tanaman penutup tanah yang cepat tumbuh, serta dengan
penggunaan pupuk organik dan anorganik. Rehabilitasi pada tanah
terdegradasi yang dicirikan dengan penurunan sifat kimia dan biologi
tanah umumnya tidak terlepas dari penurunan kandungan bahan organik
tanah, sehingga amelioran yang umum digunakan berupa bahan organik
sebagai agen resiliensi. Pemberian bahan organik jerami dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah, yaitu meningkatkan aktivitas mikroba,
meningkatkan pH H20, meningkatkan selisih pH, meningkatkan pH
NaF (mendorong pembentukan bahan anoganik tanah yang bersifat amorf),
meningkatkan pH 8,2 atau KTK variabel yang tergantung pH, menurunkan Aldd dan meningkatkan C-organik tanah. Penurunan Aldd
selain disebabkan oleh kenaikan pH dan pengikatan oleh bahan-bahan
tanah bermuatan negatif, juga disebabkan karena pengkhelatan senyawa
humit. Peranan asam fulvik dalam mengkhelat Al jauh lebih tinggi
dibandingkan asam humik sekitar tiga kalinya.
Rehabilitasi
tanah terdegradasi dapat ditinjau dari sifat tanah yang mengalami
penurunan dan diupayakan dilakukan perbaikan dengan menggunakan
amelioran. Bentuk degradasi tanah yang terpenting di Kawasan Asia antara
lain adalah adanya erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa penurunan
bahan organik tanah dan pencucian unsur hara. Degradasi tanah oleh
proses erosi permukaan (sheet erosion) telah berlangsung sangat intensif
dan meluas di Indonesia. Hal ini terjadi karena: (1) curah hujan yang
tinggi, (2) lahan yang berlereng curam, (3) tanah peka erosi, dan (4)
praktek pertanian tanpa disertai dengan adanya upaya pengendalian erosi.
Berdasarkan
penelitian Herrik dan Wander resiliensi tanah dapat dilakukan
berdasarkan kuantifikasi percobaan melalui pengukuran lajunya, atau
dikembangkan menjadi recovery setelah gangguan, sedangkan resistensi
ditunjukkan sebagai perbandingan kapasitas fungsi tanah setelah gangguan
dan kapasitasnya sebelum terganggu. Resistensi tanah dalam istilah ini
berhubungan dengan kulitas tanah dalam arti recovery fungsi tanah,
sedangkan resistensi tanah berhubungan dengan kualitas tanah dalam arti
derajat perubahan tanah dalam fungsi tanah sebagai hasil gangguan.
Selama gangguan, kualitas tanah menjadi fungsi resistensi tanah,
sedangkan setelah gangguan maka kualitas tanah merupakan fungsi dari
resiliensi tanah.
Upaya
perbaikan terhadap sifat tanah adalah dalam pemantapan agregat tanah
yang memiliki tekstur lepas dengan menggunakan polimer organik.
Polyacrilamide (PAM) berberat molekul tinggi dan bermuatan negatif
sedang mampu memantapkan permukaan tanah, menurunkan run-of dan erosi.
Rehabilitasi tanah terdegradasi dapat ditinjau dari sifat tanah yang
mengalami penurunan dan diupayakan dilakukan perbaikan dengan
menggunakan amelioran. Bentuk degradasi tanah yang terpenting di kawasan
Asia antara lain adalah erosi tanah, degradasi sifat kimia berupa
penurunan bahan organik tanah dan pencucian unsur hara. Berbagai praktek
explorasi lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahannya hendaklah
dihindari. Penggunaan lahan diatas daya dukung lahan haruslah disertai
dengan upaya konservasi yang benar-benar. Oleh karena itu, untuk
menjamin keberlajutan pengusahaan lahan, dapat dilakukan upaya strategis
dalam menghindari degradasi lahan melalui: (1) Penerapan pola usaha
tani konservasi seperti agroforestry, tumpang sari, dan pertanian
terpadu; (2) Penerapan pola pertanian organik ramah lingkungan dalam
menjaga kesuburan tanah; dan (3) Penerapan konsep pengendalian hama
terpadu merupakan usaha-usaha yang harus kita lakukan untuk menjamin
keberlanjutan usaha pertanian kita dan menanggulangi arus degradasi
lahan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah :
1. Degradasi
Lahan adalah hasil satu atau lebih proses terjadinya penurunan
kemampuantanah secara aktual maupun potensial untuk memproduksi barang
dan jasa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Degradasi Tanah adalah antara lain, faktor alami dan faktor manusia.
3. Ancaman
Degradasi lahan yang laim adalah Erosi. Erosi tanah merupakan penyebab
kemerosotan tingkat produktivitas lahan DAS bagian hulu dan kualitas
lahan kritis semakin meluas.
4.
Lima proses utama yang terjadi akibat timbulnya tanah yang
terdegradasi, yaitu: menurunnya bahan kandungan bahan organik tanah,
perpindahan liat, memburuknya struktur dan pemadatan tanah, erosi tanah,
deplesi dan pencucian unsur hara.
5.
Perbaikan terhadap lahan yang terdegradasi meliputi penanaman dengan
vegetasi asal, penanaman tanaman penutup tanah yang cepat tumbuh, serta
dengan penggunaan pupuk organik.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, M. A. 2003. Resiliensi tanah terdegradasi. Makalah pengantar falsapah sain. IPB
Atmojo S. Wongso. 2006. Degradasi lahan & ancaman bagi pertanian. Solo Pos Edisi Selasa pon, 7 Nopember 2006.
Dominic Ballayan. 2000. Soil Degradation. Chapter Biodiversity & Land degradation draft February 2000.
Adi,
Abdurachman. 2003.Degradasi Tanah Pertanian Indonesia Tanggung Jawab
Siapa Kapuslitbangtanak (Tabloid Sinar Tani Edisi, 11 Juni 2003).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar