Senin, 12 Desember 2011

RANGKUMAN LANDASAN ILMIAH PENDIDIKAN NECHHH....1


LANDASAN KEPENDIDIKAN
OLEH: Prof.Dr. Sefrida Purba, S.Pd (pengennyaaaaaaa)

BAB  I : PENDIDIKAN
Konsep pendidikan:
1.      Semua tenaga kependidikan, baik pada jalur formal, nonformal, maupun informal yang mencakup:
a.       Manajer atau administrator pendidikan.
b.      Pengawas pendidikan atau supervisor.
c.       Guru, dosen, eksper, dan nara sumber.
d.      Tenaga penunjang akademik:
1)      Peneliti.
2)      Pengembang kurikulum.
3)      Pustakawan.
4)      Laboran
5)      Teknisi sumber belajar
Harus memiliki pengerti tentang pendidikan, paham akan tujuan pendidikan, menyiapkan segala sesuatu, serta melaksanakan akan tujuan pendidikan, menyiapkan segala sesuatu serta melaksanakan tugasnya masing-masingsesuai dengan prinsif pendidikan dan mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
2.      Ada macam pendidikan yaitu:
a.       Pendidikan yang dipakai oleh masyarakat umum, yang tidak ilmiah, melainkan diwariskan secara turun temurun.
b.      Teori pendidikan yang mirip dengan filsafat pendidikan, yang menekankan pada prinsip-prinsip mengajar atau didaktik atau PBM.
c.       Ilmu pendidikan, suatu ilmu pendidikan yang bersifat ilmiah, yang utuh suatu kesatuan ilmu.
3.      Mendidikan adalah semua upaya untuk membuatpeserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal kearah yang positif.
4.      Tujuan pendidikan adalah membantu anak untuk berimbang, harmonis, dan terintegrasi, sehingga menjadi manusia berkembang seutuhnya yang diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Pengembangan ini dimotori oleh pengembangan afeksi, yang bertujuan untuk membuat peserta didik:
a.       Memiliki sikap suka belajar.
b.      Tahu tentang belajar.
c.       Memiliki rasa percaya diri.
d.      Mencintai prestasi tinggi.
e.       Memiliki etos kerja.
f.       Kreatif dan produktif.
g.      Puas akan sukses yang dicapai
5.Agar tujuan pendidikan nasional membentuk manusia berkembang seutuhnya bisa                   tercapai, evaluasi hasil belajar hendaknya mencakup akfeksi, kognisi, dan psikomotor pada setiap jenis evaluasi seperti evaluasi:
a.       .Formatif.
b.      Sumatif.
c.       Ujian akhir untuk dapat ijazah.
6.Pendidikan dimasyarakat perlu diberi perhatian lebih banyak, sebab fungsinya tidak kalah  pentingnya dibandingkan dengan pendidikan disekolah. Lebih-lebih pendidikan dalam keluarga yang diaktakan pendidikan pertama dan utama haruslah ditangani secara intensif. Sebab bila pendidikan yang utama ini terabaikan, akam memberikan dampak kurang menguntungkan pada pendidikan selanjutnya.
7.Untuk mengatasi praktik-praktik pendidikan yang bersumber dari konsep-konsep pendidikan luar negeri dan yang mengutamakan pengembang kognisi, dan perlu segera dipikirkan untuk mewujudkan ilmu pendidikan yang bercorak  Indonesia, melalui penelitian-penelitian yang terorganisasi secara berkesinambungan.
8.Pengembangan pendidikan haruslah mengikuti dan mengantisipasi suprasistemnya yaitu:
a.       Filsafat Negara.
b.      Agama.
c.       Sosial.
d.      Kebudayaan.
e.       Ekonomi.
f.       Politik.
g.      Demigrafi.
9.Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan sebagai bagian terpenting dalam mensukseskan misi pendidikan, hendaklah memekai konsep sisten atau dikerjakan  dengan memandang hal itu sebagai system. Sebab cara ini lebih menjamin keberhasilan dibandingkan dengan nonsistem.


BAB II :LANDASAN HUKUM
Konsep pendidikan berdasarkan landasan hukum:
1.      Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dengan pendidikan professional. Pendidikan akademik menyiapkan para ahli agar mampu mengembangan ilmu atau teknik atau seni dibidangnya masing-masing melalui aktualisasi diri secara utuh. Jumlah  peserta didiknya tidak perlu ditentukan sesuai dengan kebutuhan, sebab diharapkan lulusannya bisa berdiri sendiri berkat keahliannya. Sementara itu pendidikan profesi bertujuan menyiapkan peserta didik agar ahli dalam menerapkan teori tertentu. Jumlah mereka dibatasi sesuai dengan kebutuhan, dan setelah lulus mereka wajib dipekerjakan ditempat tertentu.
2.      Pendidikan professional tidak cukup hanya mneyiapkan ahli dalam menerapkan suatu teori, tetapi juga mempelajaricara membina tenaga pembantu, mengusahakan alat-alat bekerja, menciptakan lingkungan, dan iklim kerja yang kondusif, system penilaian, dan membiasakan diri agar memiliki komitmen untuk berupaya selalumemuaskan orang-orang yang berkempentingan.
3.      Sebagai konsekuensi dari keberagamannya bakat dan kemampuan para siswa serta dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu diciptkan berbagai ragam sekolah kejuruan. Ragam sekolah ini bisa mengacu kepada kebutuhan tenaga kerja menengah, dan juga bisa mengacuh kepada ragam bakat dan kemampuan para siswa. Yang dimaksud  bakat dan kemampuan disini adalah tingkat-tingkat kemampuan belajar atau IQ. Jadi dibutuhkan sekolah-sekolah kejuruan untuk anak-anak normal, anak dibatas dengan abnormal ( border line), dan anak-anak abnormal dari segi fisik dan mental.Dinyatakan pendidikan harus berakar pada kebudayaan nasional. Untuk itu dibutuhkan kurikulum perguruan tinggi yang dapat mendorong kemauan atau sikap tertarik untuk mengembangkan ilmu yang bersumber dari tanah air sendiri. Ilmu pendidikan yang berakar dari kebudayaan nasional sebagai induk dalam mengembangkan manusia Indonesia, perlu mendapat perhatian secara khusus, terutama pada kurikulum S3.
4.      Untuk merealisasikan terwujudnya pengembangan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang dikemukakan sebagai tujuan pendidikan nasional, perlu perhatian yang sama terhadap pengembangan afeksi, kognisi, dan psikomotor pada semua tingkat pendidikan sebagai berikut:
a.       Tidak menganak tirikan materi pendidikan humaniora.
b.      Setiap mengajarkan bidang study apa saja, pendidikan afeksi dimasukkan. Artinya pada setiap kesempatan yang ada atau yang terjadi secara wajar ketika membahas bidang studi itu, pembahasan itu dikaitkan dengan pendidikan afeksi.
c.       Seperti halnya dengan aspek kognisi dan psikomotor, aspek afeksi peserta didik juga dinilai dan diberi skor. Skor ini harus eksplisit disamping kognisi dan psiko motor, termasuk ditulis dalam raport dan transkrip hasil studi.
5.Pendidikan humaniora, termasuk pendidikan moral pancasila, perlu lebih menekankan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari, baik disekolah maupun dikampus, dari pada pemahaman dan hafalan materi bidang studi itu. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara mengobservasi, mengimbau, dan memberi koreksi yang membangun sepanjang waktu belajar atau studi.
6.Isi kurikulum muatan local dapat dipilih satu atau beberpa dari hal-hal berikut:
a.       Memperkenalkan dan membiasakan melaksanakan  norma-norma daerah setempat.
b.      Memakai alat-alat peraga, alat-alat belajar, atau media pendidikan yang ada didaerah itu.
c.       Mengambil contoh-contoh pelajaran yang ada atau sesuai dengan keadaan dan kegiatan di wilayah itu.
d.      Menerapkan teori-teori yang cocok dengan kebutuhan atau kegiatan diwilayah itu.
e.       Peserta didik diberi kesempatan berpatisifasi dan berproduksi pada usaha-usaha di  daerah.
f.       Ketrampilan anak-anak yang dikembangkan disesuikan dengn kebutuhan tenaga kerja didaerah itu.
g.      Anak-anak diikutsertakan dalam memecahkan masalah masyarakat setempat.
h.      Bidang studi baru yang cocok dengan kebutuhan daerah itu.
7.Dalam kaitannya dengan memajukan kerja sama antara sekolah, masyarakat, dan orang tua dalam menyelenggarakan pendidikan, perlu digalakkan kegiatan badan kerjasama itu dalam bentuk antara lian, menampung aspirasi masyarakat, mengikut sertakan dalam mengawasi pelaksanaan pendidikan , mencari informasi pendidikan, menyediakan nara sumber, menyiapkan alat belajar, alat peraga, dan media pendidikan yang ada dimasyarakat, serta mencari sumber-sumber dana sebanyak mungkin, dan bekerja sama memikirkan segala  sesuatu untuk kemajuan pendidikan.

BAB  III: LANDASAN FISAFAT
Konsep pendidikan pendidikan berdasarkan landasan filsafat.
1.      Fisafat pendidikan Indonesia perlu segera diwaujudkan agar ilmu pendidikan bercorak Indonesia lebih mudah dibentuk. Kunci realisasinya suatu kegiatan pada dewasa ini adalah pemerintah. Sebab itu dibutuhkan kemauan pemerintah untuk mengerakkan kegiatan ini.
2.      Peranan dan pengembangan sila-sila Pancasila pada diri peserta didik  pada hakikatnya adalah pengembangan afeksi. Karena itu pendidikan afeksi tidak boleh dinomorduakan apalagi ditinggalkan. Pendidikan afeksi, kognidi dan psikomotor haruslah diperlukan kerja sama.
3.      Pendidikan Pancasila dan pendidikan agama tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi satu dengan yang lain. Oleh sebab itu sebaiknya para pendidik sila-sila Pancasila dan para pendidikan ajaran agama bekerja sama dalam kegiatannya membina para peserta didik. Suatu kerja sama dalam tingkat operasional pendidikan moral dan mental anak-anak, agar saling mendukung dan saling memajukan satu dengan yang lainnya.
4.      Materi pendidikan afeksi selain bersumber dari bidang studi yang membahasa moral pancasila dan ajaran agama, sebaiknya dilengkapi dengan nilai-nilai dan adat-istiadat yang masih hidup dimasyarakat Indonesia serta budi pekerti luhur yang tetap dijunjung dibumi Indonesia ini.
5.      Metode pengembangan afeksi dapat dibagi dua:
a.       Untuk pendidikan afeksi yang berbentuk bidang studi, konsep-konsep yang dipelajari. Artinya sila-sila Pancasila dan ajaran-ajaran agama diberikan dan dibahas secukupnya, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku sehari-hari peserta didik inilah yang menjadi pusat perhatian para pendidik afeksi.
b.      UNtuk pendidikan aeksi yang diselipkan oada bidang-bidang studi lain, pendidik cukup menyinggung afeksi tertentu yang kebetulan tepat dimunculkan saat itu untuk difahami oleh peserta didik, dihayati, dan dilaksanakan. Jadi setiap pendidik ketika mengajar aatau tidak mengajar mendapat kesempatan yang baik untuk menyinggung afeksi, haruslah hal itu dididikkan kepada anak-anak.

BAB  IV: LANDASAN SEJARAH
Konep pendidikan berdaarkan landasan sejarah:
1.      Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu:
a.       Mengembangkan semua potensi peserta didik.
b.      Mengembangkan kepribadian yang harmonis.
c.       Memberi kebebasan kepada anak dalam mengembangkan semua aspek diri secara wajar.
d.      Mengembangkan bakat masing-masing.
e.       Mengembangkan aspek kemanusiaan.
f.       Mengembangkan rasa kebangsaan dan aspek kemasyarakatan.
g.      Membuat anak hidup mandiri.
h.      Membuat anak menghargai dan bersedia bekerja kasar.
2.      Proses belajar mengajar dan materi pelajaran diharapkan:
a.       Materi pelajaran sesuai dengan perkembangan anak.
b.      Belajar dengan alat-alat peraga.
c.       Latihan dipandang penting disamping pemahaman.
d.      Guru harus mengabdi kepada anak-anak.
3.      Melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa.
4.      Adakalanya pelajaran diberikan dalam bentuk tugas-tugas.
5.      Khusus dalam bidang keilmuan:
a.       Anak-anak harus aktif mencari sendiri.
b.      Dicari dilapangan.
c.       Dengan metode induktif.
6.       Pendidikan agama, nilai-nilai kebudayaan, termasuk semangat 45 perlu diintensifkan. Hal itu tidak cukup diberikan dalam bidang studi saja, melainkan harus diperluaas kepada bidang studi lain secara integrative.
7.      Proses pendidikan diupayakan mengacu kepada perbedaan individual anak-anak.
8.      Demokrasisasi dalam pendidikan, semua anak mendapat hak yang sama untuk belajar.
9.      Pendidikan pada era globalisasi haruslah berintikan pada pengembangan ilmu dan teknologi.
10.  Inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan berdasarkan konsep dari dunia barat.
11.  Tanggung jawab bersama tentang pendidikan antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah belum terealisasi secara keseluruhan.
12.  Pendidikan dipandang penting untuk memajukan Negara.
13.  Kebudayaan nasional harus dimajukan.
14.  Desentralisasi pendidikan perlu tetap diperlukan.

BAB V : LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Konsep pendidikan berdasarkan landasan social budaya.
1.      Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya menjadi agen pembangunan dimasyarakat.
2.      Perlu dibentuk badan kerjasma antar sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa, untuk ikut memajukan pendidikan.
3.      Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
4.      Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
5.      Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan.
6.      Akibat kkebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan, yaitu sekolah dimasyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas.
7.      Untuk itu kebudayaan ditertipkan antara lain dengan cara:
a.       Tayangan ditelevisi, terutama televise swasta.
1)      Maksimal 50% menayangkan lagu-lagu luar negeri.
2)      Minimal 50% menayangkan kesenian-kesenia daerah.
3)      Hanya menayangkan film action yang tidak berbau kekerasan.
4)      Tidak menyangkan film yang berbau erotis.
5)      Tidak menayangkan film yang berbau sadis atau ketus.
b.      Memberantas kebudayaan yang merusak remaja seperti minuman keras, narkotika, mengurangi dan mengawasi tindakan klub malam, dan menangkal perkelahian.
8.      Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan, yang tidak lulus akreditasi digabungkan, seleksi masuk diperketat. Dengan cara ini sekolah kejuruan akan lebih diminati.
9.      Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat setempat.
10.  Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok, melakukan suevei dimasyarakat, dan diberi kesempatan berkreasi atau menemukan ide-ide baru.
11.  Ujian Negara lambat laun diubah menjadi ujian sekolah, sehingga memungkinkan member ujian berdifat konprehensif untuk mendukung perkembangan manusia seutuhnya.

BAB  VI: LANDASAN PSIKOLOGI
Konsep pendidikan berdasarkan landasan psikologi:
1.      Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi, dan pada kognisi, semuanya member petunjuk pada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan  dan mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
2.      Psikologi belajar
a.       Yang klasik
1)      Disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal.
2)      Naturalis/aktualisasi diri bermanfaat untuk pendidikan seumur hidup.
b.      Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja,gemar menyanyi, dan sebagainya.
c.       Kognisi cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan, untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.
3.      Psikologi social
a.       Persepsi diri atau konsep tentang diri sendiri ternyata bersumber dari perilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan dan banyak  dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita. Agar para siswa memiliki konsep diri yang riil maka pendidikan perlu mengembangkan perilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap serta perasaan yang positif. Konsep diri yang keliru, dapat merusak perkembangan anak.
b.      Pembentukan sikap bisa secara alami, kondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak  hal. Oleh  sebab itu,cara pembentukan sikap ini perlu direncanakan dan dilaksanakan pada waktu dan situasi yang tepat.
c.       Sama halnya dengan sikap, motivasi anak-anak juga perlu dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui,
1)      Pembnetukan minat dan kebutuhannya.
2)      Tugas-tugas yang menantang.
3)      Menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering memberikan pengalaman  sukses.
d.      Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini perlu dikembangkan oleh para pendidik.
e.       Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti social, tetapi mengembangkan agresif prososial dan sanksi. Pengurangan agresif snit social dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak menganggu satu sama lain dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
f.       Pendidikan jugaperlu mengembangakan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak. Sebab kepemimoinan sangat besar peranannya dalam mencapai sukses belajar bersama dan sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
4.      Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognetif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik. Kesiapan afektif harus dikembangkan dengan model pengembangan motiivasi sedangkan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan kognisi mereka.
5.      Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yag sama oleh pendidik dan dilayani secara berimbang.
6.      Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenui tiga kreteria, yaitu:
a.       Semua potensi berkembang secara pproporsional atau berimbang dan harmonis.
b.      Potensi-potensi itu berkembang secara optimal.
c.       Potensi-potensi berkembang secara integrative.
BAB  VII : LANDASAN EKONOMI
Konsep pendidiksn berdasarkan landasan ekonomi:
1.      Dalam dunia pendidikan, factor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama, melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan. Sebab dengan ekonomi yang memadai:
a.       Prasarana, sarana, media, alat belajar, dan sebagainya bisa dipenuhi.
b.      Proses belajar mengajar bisa dilaksankan secara lebih intensif, sebab para pendidik lebih dapat memusatkan perhatiannya., mereka tidak mencari sambilan diluar.
c.       Motivasi dan kegairahan kerja personalia pendidikan meningkat, mereka siap pula untuk meningkatkn profesi.
2.       Faktor yang menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah dedikasi, keahlian, dan ketrampilan pengelola dan guru-guru atau dosen-dosen lembaga pendidikan itu.
3.      Fungsi ekonomi pendidikan adalah:
a.       Untuk menunjang kelancaran proses pendidikan.
b.      Sebagai bahan pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi. Bahan ini dapat disisipkan pada pembahasan semua  bidang studi.
4.      Manusia ekonomi yang dimaksud diatas adalah manusia yang dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kemampuan dan kebiasaan sebagai berikut:
a.       Memiliki etos kerja.
b.      Biasa bekerja dengan sempurna, tidak setengah-setengah.
c.       Bersifat produktif.
d.      Biasa hidup hemat, tidak bermewah-mewah.
e.       Biasa hidup efiensi.
5.      Dalam upaya membentuk SDM yang produktif, maka:
a.       Sistem pendidikan, struktur, kurikulum, dan jumlah serta jenis pendidikan diatur kembali.
b.      Biaya pendidikan ditingkatkan.
c.       Semua biaya a dan b diatas diorientasikan kepada kebutuhan pengembangan ekonomi yang didasarkan pada teknologi tinggi, fleksibilitas, dan mobilitas angkatan kerja.
6.       Tiap-tiap lembaga Negara pendidikan diupayakan agar mampu menghidupi diri sendiri, dengan cara mencari sumber-sumber dana tambahan sebanyak mungkin, di samping menerima dana dari pemerintah atau yayasan.
7.      Dana pendidikan perlu dikelola secara professional, pada umumnya direncanakan dengan SP4, pelaksanaannya diawasi secara ketat, dan dipertanggung jawabkan dengan bukti-bukti yang sah.
8.      Semua pengunaan  dana pada setiap kegiatan perlu dilakukan secara efesiensi dan efektif.
9.      Pengembangan konsep fungsi produktif dalam pendidikan adalah untuk memudahkan menentukan efiensi pendidikan  . Namun sampai saat ini baru berfunsi produksi administrator yang bisa dilaksanakan.
10.  Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan tingkat efiensi pendidikan adalah:
a.       Penggunaan uang.
b.      Proses kegiatan
c.       Hasil kegiatan
BAB VIII : PROFESIONALISASI PENDIDIK
Konsep pendidikan berdasarkan profesionalisasi pendidik.
1.      Ciri-ciri profesi pendidikan yang lengkap, antara lain pilihan didasarkan atas motivaasi yang kuat untuk menjadi pendidik dan sebagai eksper yang diakui oleh masyarakat. Pengakuan ini mengimplisitkan tidak ada orang lain yang bisa melaksanakan tugas mendidik kecuali para pendidik professional.
2.      Karena pengertian mendidik bukanlah sekedar memberi nasehat, petunjuk, dorongan, motivasi,atau menjelaskan sesuatu dengan ceramah, melarang dan menganjurkan, serta menilai hasil belajar anak, maka mendidik adalah membuat kesempatan dan menciptakan situasi yang kondusif agar anak-anak mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal.Pembimbingan diadakan bila diperlukan saja. Berarti pendidik memusatkan diri pada upaya pengembangan afeksi anak-anak, sesudah itu barulah menginjak pengembangan kognisi dan ketrampilan.
3.      Kreteria keberhasilan mendidik adalah:
a.       Memiliki sikap suka belajar.
b.      Tahu tentang cara belajar.
c.       Memiliki rasa percaya diri.
d.      Mencitai prestasi tinggi.
e.       Memiliki etos kerja.
f.       Kreatif dan produktif.
g.      Puas akan sukses yang dicapai.
4.      Perilaku pendidik yang bisa dipilih satu atau beberapa diantaranya ketika melaksanakan pendidikan dilapangan adalah:
a.       Menjadi mitrs peserta didik.
b.      Melaksanakan disiplin yang permisif.
c.       Memberikan kebebasan dalam mengaktualisasi diri.
d.      Mengembangan cita-cita riil peserta didik.
e.       Melayani pengembangan bakat.
f.       Berdialog agar peserta didik berfikir kritis.
g.      Menghargai agama dalam dunia modern yang penuh dengan rasionalitas.
h.      Melakukan dialektika nilai budaya lama dengan yang modern dengan peserta didik.
i.        Mempelajari dan ikut memecahkan masalah-masalah masyarakat dalam proses pendidikan.
j.        Mengantisipasi perubahan lingkungan dan masyarakat dalam proses pendidikan.








PEMBAHASAN

Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pendidikan.Dengan demikian bidang pendidikan adalah bidang  yang menjadi tunlang punggung pelaksanaan pembangunan nasional.
Tujuan pendidikan. Khususnya di Indonesia adalah membentuk manusia seutuhnya yang Pancasilais, dimotori oleh pengembangan afektif. Tujuan khusus ini hanya bisa ditangani dengan ilmu pendidikan bercorak Indonesia sesuai dengan kondisi Indonesia, dan dengan penyelenggaraan pendidikan yang memakai konsep system.
Buku ini memuat tujuh landasan pokok bagi konsep da praktek pendidikan sehari-hari, yang dapat digunakan sebagai tempat berpijak dalam merumuskan ilmu pendidikan bercorak Indonesia. Suatu ilmu yang cocok untuk mengembangkan manusia Indonesia yang memiliki kebudayaan dan geografi, serta cita-cita tersendiri. Konsep di dalamnya didasarkan pada penelitian-penelitian pendidikan yang berkesinambungan, dengan mempertimbangkan landasan hokum, filsafat, sejarah, social, budaya, psikologi, ekonomi, dan profesionalisme pendidikan.


       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar